Pembatal Syahadat Bagian ke-2
ان الحمد لله نحمده ونستعينه ونستهديه ونستغفره، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا، من يهده الله فهو المهتد ومن يضلل فلن تجد له وليا مرشدا..
ﻭ ﺃﺷﻬﺪ ﺃﻻ ﺇﻟﻪ ﺇﻻ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﺣﺪﻩ ﻻ ﺷﺮﻳﻚ ﻟﻪ ؛ ﻟﻪ ﺍﻟﻤﻠﻚ ﻭ ﻟﻪ ﺍﻟﺤﻤﺪ ، ﻳﺤﻴﻰ ﻭ ﻳﻤﻴﺖ ﻭ ﻫﻮ ﻋﻠﻰ ﻛﻞ ﺷﺊ ﻗﺪﻳﺮ ﻭ ﺇﻟﻴﻪ ﺍﻟﻤﺮﺟﻊ ﻭ ﺍﻟﻤﺼﻴﺮ ..
ﻭﺃﺷﻬﺪ ﺃﻥ ﻣﺤﻤﺪﺍ ﻋﺒﺪﻩ ﻭ ﺭﺳﻮﻟﻪ ، ﺑﻠﻎ ﺍﻟﺮﺳﺎﻟﺔ ﻭ ﺃﺩﻯ ﺍﻷﻣﺎﻧﺔ ، ﻭ ﻧﺼﺢ ﺍﻷﻣﺔ ﻭ ﻛﺸﻒ ﺍﻟﻐﻤﺔ ، ﻭ ﺟﺎﻫﺪ ﻓﻲ ﺳﺒﻴﻞ ﺭﺑﻪ ﺣﺘﻰ ﺃﺗﺎﻩ ﺍﻟﻴﻘﻴﻦ ..
أما بعد...
Ketika seorang telah berwudhu dan bersiap-siap menunggu ditegakkannya sholat, maka dia akan sangat menjaga wudhu'nya agar tidak batal.
Dia akan berhati-hati serta waspada terhadap hal-hal yang akan membatalkan wudhu'nya, bahkan ada pendapat yang mengatakan bahwa wudhu' dapat melatih seseorang untuk senantiasa menjaga antara dirinya dengan hal-hal yang diharamkan oleh Allah.
Sikap kehati-hatian serta waspada seperti ini juga harus kita terapkan terhadap syahadat kita, sebab kedudukan syahadat jauh lebih tinggi dibanding dengan wudhu.
Jika syahadat kita batal, maka ibadah apapun yang kita lakukan TIDAK AKAN DITERIMA sebelum kita bertaubat kepada Allah serta menjauhi hal-hal yang membatalkan syahadat kita tersebut.
Kejahilan atau ketidak tahuan umat Muslim terhadap pembatal-pembatal syahadat ini merupakan penyakit kronis yang harus segera diobati.
Jika ia tidak serius dalam mempelajari syahadat serta pembatal-pembatalnya, maka bangunan Islam yang hendak ia bangun dalam dirinya tentu tidak akan kokoh berdiri serta mudah sekali rubuh.
Lihat saja, betapa banyak kaum muslimin hari ini yang rela dan senang hati murtad dari agama yang mulia ini hanya demi segepok rupiah atau wanita dan syahwat yang menggoda atau jabatan yang terjaja bahkan ada pula yang rela murtad demi sekardus indomie yang tak berharga, wal iyadzu billah...
Saudaraku para jama'ah AHQ & IHQ yang in syaa Allah dirahmati Allah, inilah sedikit paparan tentang urgensinya kita mempelajari dan mengetahui tentang syahadat dan pembatal-pembatalnya, yang mana para ulama' mengkategorikan ilmu ini ke dalam ilmu yang hukumnya fardhu 'ain.
Saudaraku fillah, pada pekan lalu kita telah sama menyimak dan mengetahui tentang pembatal pertama serta contoh-contoh nyata dari syirik yang banyak terjadi di depan kita.
Pada kesempatan ini kita akan sama menyimak tentang pembatal kedua, yaitu kufur.
K U F U R
Secara bahasa berarti sikap mengingkari atau menolak.
Sedangkan secara syar'i adalah sikap menentang atau mengingkari kebenaran dari apa yang dibawa oleh Rasulullah صلى الله عليه و سلم.
Orang yang melakukan perbuatan kufur disebut dengan kaafir.
Kufur terbagi menjadi 2, yaitu :
1. Kufur Akbar, atau kufur besar yaitu kufur yang menyebabkan batalnya syahadat seseorang.
Kufur Akbar terbagi lagi menjadi lima bagian :
a. Kufur Takdzib yaitu mendustakan salah satu perkara risalah yang dibawa oleh Rasul. Allah berfirman
"Dan jika mereka mendustakan kamu (wahai Muhammad), maka sesungguhnya orang-orang yang sebelum mereka telah mendustakan (rasul-rasul-Nya); kepada mereka telah datang rasul-rasul-Nya dengan membawa mukjizat yang nyata, zubur, dan kitab yang memberi penjelasan yang sempurna". (QS. Fatir : 25)
Kufur seperti ini adalah sikap kufur yang sama yang telah ditunjukkan oleh para pendukung serta antek-anteknya Abu Jahal, Abu Lahab serta pembesar-pembesar kekafiran di Mekkah saat itu. Mereka tak henti-hentinya mendustakan serta menolak apa yang diserukan oleh Rasulullah, bahkan siang dan malam mereka selalu diisi dengan memikirkan upaya dan tipu daya (makar) untuk membunuh Rasulullah, qotalahumuLlah jami'an wa la'natullahu 'alayhim.
Pada zaman kita ini, kekafiran jenis pertama ini dipraktekkan oleh agama Syi'ah yang juga telah dengan nyata menolak risalah yang dibawa oleh Rasulullah, bahkan mereka beranggapan bahwa risalah tersebut seharusnya diberikan kepada sahabat Ali -radhiAllahu 'anhu- bukan kepada Rasulillah Muhammad صلى الله عليه و سلم .
b. Kufur Iba' wa Istikbar, sikap kufur yang lahir karena rasa sombong, Allah berfirman,
"Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat : Sujudlah kamu kepada Adam, maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir". (QS. Al Baqarah : 34)
Dalam ayat yang lain Allah berfirman,
Allah berfirman: "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?" Iblis menjawab : "Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah". (QS. Al A'raf : 12)
Ini adalah jenis kekufuran kedua, kekufuran yang timbul akibat rasa sombong seperti kekufuran Iblis pada 2 ayat di atas. Sungguh, kekafiran iblis bukan karena ingkar atau mendustakan Allah, bukan pula iblis tidak mempercayai Kekuasaan serta ke-Maha-an yang dimiliki Allah, buktinya dia iblis masih memohon kepada Allah untuk minta penangguhan agar terus bisa menggoda anak cucu Adam hingga hari kiamat, namun kekafiran Iblis karena sifatnya yang sombong dengan mengatakan "Saya lebih baik darinya (Adam)", hal ini senada dengan hadits Rasulullah صلى الله عليه و سلم
"Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya ada kesombongan seberat biji sawi". Lalu ada seorang laki-laki yang bertanya :
"Ada seseorang suka bajunya bagus dan sandalnya bagus (apakah termasuk kesombongan?)".
Perhatikanlah, makna sombong yang difahami lelaki ini sepertinya hampir sama dengan dugaan kita, yaitu orang yang sombong adalah mereka yang suka berbangga dengan kelebihan yang mereka miliki, baik berupa harta, kepandaian dan yang sejenisnya. Namun, bukan inilah defenisi sombong yang dimaksud oleh Rasulullah, sombong yang menyebabkan seseorang terhalang dari masuk surga adalah sebagaimana yang dijelaskan oleh Rasulullah dalam lanjutan hadits tersebut.
Beliau صلى الله عليه و سلم menjawab pertanyaan lelaki tersebut dengan menjawab,
"Sesungguhnya Allah Maha Indah dan menyukai keindahan. Kesombongan adalah MENOLAK KEBENARAN dan MERENDAHKAN MANUSIA". (HR. Muslim No. 2749)
Ketika menjelaskan tentang makna menolak kebenaran ini, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata:
"Allah Azza wa Jalla mensifati orang-orang Yahudi bahwa mereka dahulu mengetahui kebenaran sebelum munculnya Nabi صلى الله عليه و سلم yang berbicara dengan kebenaran dan mendakwahkannya. Namun, setelah Nabi datang kepada mereka, beliau berbicara dengan kebenaran. Karena beliau bukan dari kelompok yang mereka sukai, maka mereka pun tidak tunduk kepada beliau, dan mereka (Yahudi) tidak menerima kebenaran kecuali dari kelompok mereka. Padahal, mereka tidak mengikuti perkara yang diwajibkan oleh keyakinan mereka".
c. Kufur Iradh, Allah berfirman,
"Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya, kemudian ia berpaling daripadanya? Sesungguhnya Kami akan memberikan pembalasan kepada orang-orang yang berdosa". (QS. As Sajadah : 22)
Kufur jenis ketiga adalah berpaling dari ayat-ayat Allah. Salah satu bentuk keberpalingan yang banyak menjangkiti umat Islam dewasa ini adalah meninggalkan sholat fardhu. Dalam hal ini, Rasulullah bersabda,
ﺑَﻴْﻦَ ﺍﻟﺮَّﺟُﻞِ ﻭَﺑَﻴْﻦَ ﺍﻟﺸِّﺮْﻙِ ﻭَﺍﻟْﻜُﻔْﺮِ ﺗَﺮْﻙُ ﺍﻟﺼَّﻼَﺓِ
“(Pembatas) antara seorang muslim dan kesyirikan serta kekafiran adalah meninggalkan shalat.” (HR. Muslim No. 257)
Para ulama' sepakat bahwa orang yang meninggalkan sholat serta berpaling dan megingkari akan kewajibannya, maka dia telah kafir dan batallah syahadatnya (murtad). Namun jika dia meninggalkan sholat fardhu karena rasa malas namun tidak disertai dengan pengingkaran (istihlal), maka pendapat para ulama terbagi menjadi 3 dalam hal ini,
Pendapat pertama mengatakan bahwa orang yang meninggalkan shalat harus dibunuh karena dianggap telah murtad (keluar dari Islam). Pendapat ini adalah pendapat Imam Ahmad, Sa’id bin Jubair, ‘Amir Asy Sya’bi, Ibrohim An Nakho’i, Abu ‘Amr, Al Auza’i, Ayyub As Sakhtiyani, ‘Abdullah bin Al Mubarrok, Ishaq bin Rohuwyah, ‘Abdul Malik bin Habib (ulama Malikiyyah), pendapat sebagian ulama Syafi’iyah, pendapat Imam Syafi’i (sebagaimana dikatakan oleh Ath Thohawiy), pendapat Umar bin Al Khothob (sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Hazm), Mu’adz bin Jabal, ‘Abdurrahman bin ‘Auf, Abu Hurairah, dan sahabat lainnya.
Pendapat kedua mengatakan bahwa orang yang meninggalkan shalat dibunuh dengan hukuman had, namun tidak dihukumi kafir. Inilah pendapat Malik, Syafi’i, dan salah salah satu pendapat Imam Ahmad.
Pendapat ketiga mengatakan bahwa orang yang meninggalkan shalat karena malas-malasan adalah fasiq (telah berbuat dosa besar) dan dia harus dipenjara sampai dia mau menunaikan shalat. Inilah pendapat Hanafiyyah. (Lihat Al Mawsu’ah Al Fiqhiyah Al Kuwaitiyah , 22/186-187)
d. Kufur Syak ialah ragu-ragu terhadap apa yang dibawa oleh Rasulullah. Allah berfirman,
"Belumkah sampai kepadamu berita orang-orang sebelum kamu (yaitu) kaum Nuh, 'Ad, Tsamud dan orang-orang sesudah mereka. Tidak ada yang mengetahui mereka selain Allah. Telah datang rasul-rasul kepada mereka (membawa) bukti-bukti yang nyata lalu mereka menutupkan tangannya ke mulutnya (karena kebencian), dan berkata: "Sesungguhnya kami mengingkari apa yang kamu disuruh menyampaikannya (kepada kami), dan sesungguhnya kami benar-benar dalam keragu-raguan yang menggelisahkan terhadap apa yang kamu ajak kami kepadanya". (QS. Ibrahim : 9)
e. Kufur Jahud yaitu menentang sebagian atau keseluruhan apa yang diturunkan oleh Allah.
"Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan (mereka) padahal hati mereka meyakini (kebenaran)nya. Maka perhatikanlah betapa kesudahan orang-orang yang berbuat kebinasaan. (QS. An Naml : 14)
"Sesungguhnya Kami mengetahui bahwasanya apa yang mereka katakan itu menyedihkan hatimu, (janganlah kamu bersedih hati), karena mereka sebenarnya bukan mendustakan kamu, akan tetapi orang-orang yang zalim itu mengingkari ayat-ayat Allah". (QS. Al Anam : 33)
N I F A Q
Yaitu seseorang yang menampakkan imannya di kalangan kaum muslimin tetapi sebenarnya hatinya mendustakan dan mengkafirinya.
Nifaq terbagi menjadi dua, yaitu :
A. Nifaq I'tikadi, yaitu nifaq yang menyangkut soal akidah. Mereka dihukum kafir (batal syahadatnya), hanya saja tidak diperlakukan sebagaimana orang-orang kafir lainnya karena masih tidak memperlihatkan kekufurannya.
"Apabila orang-orang munafik datang kepadamu (Muhammad), mereka berkata, "Kami mengakui bahwa engkau adalah rasul Allah.” Dan Allah mengetahui bahwa engkau benar-benar Rasul-Nya; dan Allah menyaksikan
bahwa orang-orang munafik itu benar-benar pendusta. Mereka menjadikan sumpah-sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Sungguh, betapa buruknya apa yang telah mereka kerjakan. Yang demikian itu karena sesungguhnya mereka telah beriman, kemudian menjadi kafir, maka hati mereka dikunci, sehingga mereka tidak dapat mengerti. (QS. Al Munafiqin : 1-3)
B. Nifaq Amali, yaitu sifat nifaq yang hanya menyangkut soal amal perbuatan seseorang yang hanya menyebabkan pelakunya menjadi fasiq dan bermaksiat namun tidak sampai kepada kufur (batal syahadatnya). Ia tetap mempunyai iman, hanya saja melakukan amalan yang berada pada cabang nifaq seperti mengkhianati amanah, berdusta/berbohong dan mengingkari janji.
Berikut beberapa contoh nyata prilaku orang yang memiliki sifat nifaq :
1. Mereka mengklaim Beriman. (QS. Al Munafiqun : 1)
2.Mereka tidak mempunyai Talazum, yaitu kesamaan antara apa yang ada di dalam hati berupa iman & amalannya. (QS. Al Baqarah : 8)
3. Mereka menipu Allah dan Muslim. (QS. Al Baqarah : 9, An Nisa : 142)
4. Mereka mempunyai penyakit dalam hati mereka. (QS. Al Baqarah : 10)
5. Mereka pembohong, pengingkar janji dan tidak bisa dipercaya. (QS. Al Baqarah : 10)
RasuluLlah SAW juga bersabda dalam hadits yang telah umum : “Tanda-tanda munafik ada tiga, ketika
berbicara dia berbohong, ketika berjanji mengingkarinya dan ketika dipercaya dia khianat.” (HR. Al Bukhari No 33)
6. Mereka menjadi kasar ketika berdebat. Rasulullah ﷺ bersabda, “Dan ketika dia berdebat dia menjadi kasar” (HR. Bukhari No 34)
7. Mereka penyebab fitnah dan keburukan, namun mengklaim pembuat kedamaian. (QS. Al Baqarah : 11-12)
8. Mereka berhukum kepada thaghut. (QS. An Nisa : 60)
9. Mereka memuaskan telinga seseorang, mempunyai hafalan Al-Qur’an dan argumentasi yang masuk akal dan mengagumkan. (QS. Al Munafiqun : 4)
10. Mereka takut dari Al-Qur’an yang ditujukan kepada mereka, dan tidak melihat kesalahan mereka sendiri. (QS. At Taubah : 64)
11. Menghina orang-orang Beriman dan Islam. (QS. At Taubah : 64-66)
12. Mereka tidak pernah pergi berjihad, berpartisipasi dalam semua perjuangan (jihad) dan tidak juga berhijrah. (QS. An Nisa : 88 & 97-99)
13. Mereka mempunyai Muwalat (persekutuan) dengan Kuffar dan hidup di antara Musyrikin. Rasulullah ﷺ bersabda,
“Aku berlepas diri dari Muslim yang hidup di antara Musyrikin,... dan tidak membedakan diri dari mereka (kuffar)." (HR. Abu Daud No. 2645)
14. Mereka membuat sejumlah alasan untuk tidak melaksanakan tugas dan kewajibannya. (QS. At Taubah : 94)
15. Mereka membenarkan keharaman, kekufuran dan kesyirikan yang mereka lakukan. (QS. Al Imran : 167)
16. Mereka menyerukan kemungkaran dan mencegah kebaikan. (QS. At Taubah : 67)
17. Mereka memamerkan perbuatan baiknya. (QS. An Nisaa’ : 142)
18. Mereka menginginkan kita menjadi Kafir seperti mereka dan mengikuti jalannya. (QS. An Nisaa’ : 89)
19. Mereka menginginkan kita untuk takut kepada Kuffar. (QS. Ali Imran : 173 & 175)
20. Mereka malas melaksanakan Shalat. (QS. An Nisaa' : 142). Rasulullah ﷺ juga menjelaskan orang-orang Munafik adalah orang yang sulit ditemui pada shalat isya dan fajar (subuh).
21. Mereka menunjukkan Islam, tetapi mengutuk dan menghina ketika setiap kali mereka berhadapan dengan semua bentuk kesulitan dan bencana. (QS. Al Hajj : 11)
R I D D D A H
Yaitu kembali kafir setelah beriman, pelaku riddah disebut dengan murtadun.
Pembahagian Riddah ada empat yaitu :
a. Riddah dengan ucapan. Contohnya adalah menghina Allah, Rasul Nya, Islam (istihza')
b. Riddah dengan perbuatan. Contohnya adalah sujud kepada berhala, pindah ke Darul Kufur (negara kafir), membela Darul Harbi (Negara Kafir yang sedang berperang dengan Islam) dan memerangi Syariat Islam dan menggantikannya dengan undang-undang kafir.
c. Riddah dengan i'tikad. Contohnya mensyirikkan Allah, mengingkari As Sunnah (hadis yang sahih) dan mendustakan Nabi Muhammad صلى الله عليه و سلم.
d. Riddah dengan keraguan. Contohnya meragukan perkara yang telah jelas haram di dalam Al Quran dan meragukan kebenaran risalah Nabi Muhammad صلى الله عليه و سلم.
Terakhir, berikut kami paparkan beberapa bentuk kemurtadan yang harus kita waspadai serta jauhi agar syahadat kita tidak batal.
1. Menyandarkan hukum kepada selain Allah. (QS. Al Maidah : 44-47; Al Ahzab : 36; Al Anam : 57; An Nisa : 60)
2. Benci terhadap Syariat Islam atau mengutamakan syariat lain selain Islam atau menganggap bahwa semua dien/sistem hidup manusia yang lain sama dengan Islam (menganggap semua agama sama). (QS. Muhammad : 8-9).
3. Mempermainkan atau merendahkan sebagian Syariat Islam yang terdapat di dalam Al Quran atau As Sunnah dan syiar-syiar Islam lainnya.
4. Menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal. (QS. An Nahl : 116-117; Yunus : 59-60)
5. Beriman kepada Al Quran dan menolak As Sunnah. (QS. An Nisa : 150)
6. Menjadikan orang kafir, munafik dan atheis (tidak beragama) sebagai pemimpin dengan meninggalkan orang-orang yang beriman. (QS. Al Maidah : 51; At Taubah : 23)
7. Mempermainkan sifat Rasulullah صلى الله عليه و سلم atau pekerjaan beliau.
8. Menganggap kandungan Al Quran bertentangan dengan realitas dan fakta kehidupan atau bertentangan dengan fakta sains. (QS. Ar Rad : 37)
9. Mensifati sifat-sifat Allah dengan sifat yang tidak sesuai dengan keagungannya.
10. Fanatik terhadap bangsa dan negara serta menjadikannya sebagai tujuan kehidupannya. Bahkan sanggup mencurahkan apa saja seperti usaha atau harta untuk kepentingan golongan (bangsa)nya hingga melupakan diennya (Islam).
وَ اللّٰهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَّابِ
اخير الدعو انا، عن الحمد لله رب العلمين
و صلى الله على نبينا محمد و على آله و اصحابه و سلم...
Ustadz Satria
ﻭ ﺃﺷﻬﺪ ﺃﻻ ﺇﻟﻪ ﺇﻻ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﺣﺪﻩ ﻻ ﺷﺮﻳﻚ ﻟﻪ ؛ ﻟﻪ ﺍﻟﻤﻠﻚ ﻭ ﻟﻪ ﺍﻟﺤﻤﺪ ، ﻳﺤﻴﻰ ﻭ ﻳﻤﻴﺖ ﻭ ﻫﻮ ﻋﻠﻰ ﻛﻞ ﺷﺊ ﻗﺪﻳﺮ ﻭ ﺇﻟﻴﻪ ﺍﻟﻤﺮﺟﻊ ﻭ ﺍﻟﻤﺼﻴﺮ ..
ﻭﺃﺷﻬﺪ ﺃﻥ ﻣﺤﻤﺪﺍ ﻋﺒﺪﻩ ﻭ ﺭﺳﻮﻟﻪ ، ﺑﻠﻎ ﺍﻟﺮﺳﺎﻟﺔ ﻭ ﺃﺩﻯ ﺍﻷﻣﺎﻧﺔ ، ﻭ ﻧﺼﺢ ﺍﻷﻣﺔ ﻭ ﻛﺸﻒ ﺍﻟﻐﻤﺔ ، ﻭ ﺟﺎﻫﺪ ﻓﻲ ﺳﺒﻴﻞ ﺭﺑﻪ ﺣﺘﻰ ﺃﺗﺎﻩ ﺍﻟﻴﻘﻴﻦ ..
أما بعد...
Ketika seorang telah berwudhu dan bersiap-siap menunggu ditegakkannya sholat, maka dia akan sangat menjaga wudhu'nya agar tidak batal.
Dia akan berhati-hati serta waspada terhadap hal-hal yang akan membatalkan wudhu'nya, bahkan ada pendapat yang mengatakan bahwa wudhu' dapat melatih seseorang untuk senantiasa menjaga antara dirinya dengan hal-hal yang diharamkan oleh Allah.
Sikap kehati-hatian serta waspada seperti ini juga harus kita terapkan terhadap syahadat kita, sebab kedudukan syahadat jauh lebih tinggi dibanding dengan wudhu.
Jika syahadat kita batal, maka ibadah apapun yang kita lakukan TIDAK AKAN DITERIMA sebelum kita bertaubat kepada Allah serta menjauhi hal-hal yang membatalkan syahadat kita tersebut.
Kejahilan atau ketidak tahuan umat Muslim terhadap pembatal-pembatal syahadat ini merupakan penyakit kronis yang harus segera diobati.
Jika ia tidak serius dalam mempelajari syahadat serta pembatal-pembatalnya, maka bangunan Islam yang hendak ia bangun dalam dirinya tentu tidak akan kokoh berdiri serta mudah sekali rubuh.
Lihat saja, betapa banyak kaum muslimin hari ini yang rela dan senang hati murtad dari agama yang mulia ini hanya demi segepok rupiah atau wanita dan syahwat yang menggoda atau jabatan yang terjaja bahkan ada pula yang rela murtad demi sekardus indomie yang tak berharga, wal iyadzu billah...
Saudaraku para jama'ah AHQ & IHQ yang in syaa Allah dirahmati Allah, inilah sedikit paparan tentang urgensinya kita mempelajari dan mengetahui tentang syahadat dan pembatal-pembatalnya, yang mana para ulama' mengkategorikan ilmu ini ke dalam ilmu yang hukumnya fardhu 'ain.
Saudaraku fillah, pada pekan lalu kita telah sama menyimak dan mengetahui tentang pembatal pertama serta contoh-contoh nyata dari syirik yang banyak terjadi di depan kita.
Pada kesempatan ini kita akan sama menyimak tentang pembatal kedua, yaitu kufur.
Secara bahasa berarti sikap mengingkari atau menolak.
Sedangkan secara syar'i adalah sikap menentang atau mengingkari kebenaran dari apa yang dibawa oleh Rasulullah صلى الله عليه و سلم.
Orang yang melakukan perbuatan kufur disebut dengan kaafir.
Kufur terbagi menjadi 2, yaitu :
1. Kufur Akbar, atau kufur besar yaitu kufur yang menyebabkan batalnya syahadat seseorang.
Kufur Akbar terbagi lagi menjadi lima bagian :
a. Kufur Takdzib yaitu mendustakan salah satu perkara risalah yang dibawa oleh Rasul. Allah berfirman
"Dan jika mereka mendustakan kamu (wahai Muhammad), maka sesungguhnya orang-orang yang sebelum mereka telah mendustakan (rasul-rasul-Nya); kepada mereka telah datang rasul-rasul-Nya dengan membawa mukjizat yang nyata, zubur, dan kitab yang memberi penjelasan yang sempurna". (QS. Fatir : 25)
Pada zaman kita ini, kekafiran jenis pertama ini dipraktekkan oleh agama Syi'ah yang juga telah dengan nyata menolak risalah yang dibawa oleh Rasulullah, bahkan mereka beranggapan bahwa risalah tersebut seharusnya diberikan kepada sahabat Ali -radhiAllahu 'anhu- bukan kepada Rasulillah Muhammad صلى الله عليه و سلم .
b. Kufur Iba' wa Istikbar, sikap kufur yang lahir karena rasa sombong, Allah berfirman,
"Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat : Sujudlah kamu kepada Adam, maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir". (QS. Al Baqarah : 34)
Dalam ayat yang lain Allah berfirman,
Allah berfirman: "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?" Iblis menjawab : "Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah". (QS. Al A'raf : 12)
Ini adalah jenis kekufuran kedua, kekufuran yang timbul akibat rasa sombong seperti kekufuran Iblis pada 2 ayat di atas. Sungguh, kekafiran iblis bukan karena ingkar atau mendustakan Allah, bukan pula iblis tidak mempercayai Kekuasaan serta ke-Maha-an yang dimiliki Allah, buktinya dia iblis masih memohon kepada Allah untuk minta penangguhan agar terus bisa menggoda anak cucu Adam hingga hari kiamat, namun kekafiran Iblis karena sifatnya yang sombong dengan mengatakan "Saya lebih baik darinya (Adam)", hal ini senada dengan hadits Rasulullah صلى الله عليه و سلم
"Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya ada kesombongan seberat biji sawi". Lalu ada seorang laki-laki yang bertanya :
"Ada seseorang suka bajunya bagus dan sandalnya bagus (apakah termasuk kesombongan?)".
Perhatikanlah, makna sombong yang difahami lelaki ini sepertinya hampir sama dengan dugaan kita, yaitu orang yang sombong adalah mereka yang suka berbangga dengan kelebihan yang mereka miliki, baik berupa harta, kepandaian dan yang sejenisnya. Namun, bukan inilah defenisi sombong yang dimaksud oleh Rasulullah, sombong yang menyebabkan seseorang terhalang dari masuk surga adalah sebagaimana yang dijelaskan oleh Rasulullah dalam lanjutan hadits tersebut.
Beliau صلى الله عليه و سلم menjawab pertanyaan lelaki tersebut dengan menjawab,
"Sesungguhnya Allah Maha Indah dan menyukai keindahan. Kesombongan adalah MENOLAK KEBENARAN dan MERENDAHKAN MANUSIA". (HR. Muslim No. 2749)
Ketika menjelaskan tentang makna menolak kebenaran ini, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata:
"Allah Azza wa Jalla mensifati orang-orang Yahudi bahwa mereka dahulu mengetahui kebenaran sebelum munculnya Nabi صلى الله عليه و سلم yang berbicara dengan kebenaran dan mendakwahkannya. Namun, setelah Nabi datang kepada mereka, beliau berbicara dengan kebenaran. Karena beliau bukan dari kelompok yang mereka sukai, maka mereka pun tidak tunduk kepada beliau, dan mereka (Yahudi) tidak menerima kebenaran kecuali dari kelompok mereka. Padahal, mereka tidak mengikuti perkara yang diwajibkan oleh keyakinan mereka".
c. Kufur Iradh, Allah berfirman,
"Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya, kemudian ia berpaling daripadanya? Sesungguhnya Kami akan memberikan pembalasan kepada orang-orang yang berdosa". (QS. As Sajadah : 22)
Kufur jenis ketiga adalah berpaling dari ayat-ayat Allah. Salah satu bentuk keberpalingan yang banyak menjangkiti umat Islam dewasa ini adalah meninggalkan sholat fardhu. Dalam hal ini, Rasulullah bersabda,
ﺑَﻴْﻦَ ﺍﻟﺮَّﺟُﻞِ ﻭَﺑَﻴْﻦَ ﺍﻟﺸِّﺮْﻙِ ﻭَﺍﻟْﻜُﻔْﺮِ ﺗَﺮْﻙُ ﺍﻟﺼَّﻼَﺓِ
“(Pembatas) antara seorang muslim dan kesyirikan serta kekafiran adalah meninggalkan shalat.” (HR. Muslim No. 257)
Para ulama' sepakat bahwa orang yang meninggalkan sholat serta berpaling dan megingkari akan kewajibannya, maka dia telah kafir dan batallah syahadatnya (murtad). Namun jika dia meninggalkan sholat fardhu karena rasa malas namun tidak disertai dengan pengingkaran (istihlal), maka pendapat para ulama terbagi menjadi 3 dalam hal ini,
Pendapat pertama mengatakan bahwa orang yang meninggalkan shalat harus dibunuh karena dianggap telah murtad (keluar dari Islam). Pendapat ini adalah pendapat Imam Ahmad, Sa’id bin Jubair, ‘Amir Asy Sya’bi, Ibrohim An Nakho’i, Abu ‘Amr, Al Auza’i, Ayyub As Sakhtiyani, ‘Abdullah bin Al Mubarrok, Ishaq bin Rohuwyah, ‘Abdul Malik bin Habib (ulama Malikiyyah), pendapat sebagian ulama Syafi’iyah, pendapat Imam Syafi’i (sebagaimana dikatakan oleh Ath Thohawiy), pendapat Umar bin Al Khothob (sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Hazm), Mu’adz bin Jabal, ‘Abdurrahman bin ‘Auf, Abu Hurairah, dan sahabat lainnya.
Pendapat kedua mengatakan bahwa orang yang meninggalkan shalat dibunuh dengan hukuman had, namun tidak dihukumi kafir. Inilah pendapat Malik, Syafi’i, dan salah salah satu pendapat Imam Ahmad.
Pendapat ketiga mengatakan bahwa orang yang meninggalkan shalat karena malas-malasan adalah fasiq (telah berbuat dosa besar) dan dia harus dipenjara sampai dia mau menunaikan shalat. Inilah pendapat Hanafiyyah. (Lihat Al Mawsu’ah Al Fiqhiyah Al Kuwaitiyah , 22/186-187)
d. Kufur Syak ialah ragu-ragu terhadap apa yang dibawa oleh Rasulullah. Allah berfirman,
"Belumkah sampai kepadamu berita orang-orang sebelum kamu (yaitu) kaum Nuh, 'Ad, Tsamud dan orang-orang sesudah mereka. Tidak ada yang mengetahui mereka selain Allah. Telah datang rasul-rasul kepada mereka (membawa) bukti-bukti yang nyata lalu mereka menutupkan tangannya ke mulutnya (karena kebencian), dan berkata: "Sesungguhnya kami mengingkari apa yang kamu disuruh menyampaikannya (kepada kami), dan sesungguhnya kami benar-benar dalam keragu-raguan yang menggelisahkan terhadap apa yang kamu ajak kami kepadanya". (QS. Ibrahim : 9)
e. Kufur Jahud yaitu menentang sebagian atau keseluruhan apa yang diturunkan oleh Allah.
"Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan (mereka) padahal hati mereka meyakini (kebenaran)nya. Maka perhatikanlah betapa kesudahan orang-orang yang berbuat kebinasaan. (QS. An Naml : 14)
"Sesungguhnya Kami mengetahui bahwasanya apa yang mereka katakan itu menyedihkan hatimu, (janganlah kamu bersedih hati), karena mereka sebenarnya bukan mendustakan kamu, akan tetapi orang-orang yang zalim itu mengingkari ayat-ayat Allah". (QS. Al Anam : 33)
Yaitu seseorang yang menampakkan imannya di kalangan kaum muslimin tetapi sebenarnya hatinya mendustakan dan mengkafirinya.
Nifaq terbagi menjadi dua, yaitu :
A. Nifaq I'tikadi, yaitu nifaq yang menyangkut soal akidah. Mereka dihukum kafir (batal syahadatnya), hanya saja tidak diperlakukan sebagaimana orang-orang kafir lainnya karena masih tidak memperlihatkan kekufurannya.
"Apabila orang-orang munafik datang kepadamu (Muhammad), mereka berkata, "Kami mengakui bahwa engkau adalah rasul Allah.” Dan Allah mengetahui bahwa engkau benar-benar Rasul-Nya; dan Allah menyaksikan
bahwa orang-orang munafik itu benar-benar pendusta. Mereka menjadikan sumpah-sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Sungguh, betapa buruknya apa yang telah mereka kerjakan. Yang demikian itu karena sesungguhnya mereka telah beriman, kemudian menjadi kafir, maka hati mereka dikunci, sehingga mereka tidak dapat mengerti. (QS. Al Munafiqin : 1-3)
B. Nifaq Amali, yaitu sifat nifaq yang hanya menyangkut soal amal perbuatan seseorang yang hanya menyebabkan pelakunya menjadi fasiq dan bermaksiat namun tidak sampai kepada kufur (batal syahadatnya). Ia tetap mempunyai iman, hanya saja melakukan amalan yang berada pada cabang nifaq seperti mengkhianati amanah, berdusta/berbohong dan mengingkari janji.
Berikut beberapa contoh nyata prilaku orang yang memiliki sifat nifaq :
1. Mereka mengklaim Beriman. (QS. Al Munafiqun : 1)
2.Mereka tidak mempunyai Talazum, yaitu kesamaan antara apa yang ada di dalam hati berupa iman & amalannya. (QS. Al Baqarah : 8)
3. Mereka menipu Allah dan Muslim. (QS. Al Baqarah : 9, An Nisa : 142)
4. Mereka mempunyai penyakit dalam hati mereka. (QS. Al Baqarah : 10)
5. Mereka pembohong, pengingkar janji dan tidak bisa dipercaya. (QS. Al Baqarah : 10)
RasuluLlah SAW juga bersabda dalam hadits yang telah umum : “Tanda-tanda munafik ada tiga, ketika
berbicara dia berbohong, ketika berjanji mengingkarinya dan ketika dipercaya dia khianat.” (HR. Al Bukhari No 33)
6. Mereka menjadi kasar ketika berdebat. Rasulullah ﷺ bersabda, “Dan ketika dia berdebat dia menjadi kasar” (HR. Bukhari No 34)
7. Mereka penyebab fitnah dan keburukan, namun mengklaim pembuat kedamaian. (QS. Al Baqarah : 11-12)
8. Mereka berhukum kepada thaghut. (QS. An Nisa : 60)
9. Mereka memuaskan telinga seseorang, mempunyai hafalan Al-Qur’an dan argumentasi yang masuk akal dan mengagumkan. (QS. Al Munafiqun : 4)
10. Mereka takut dari Al-Qur’an yang ditujukan kepada mereka, dan tidak melihat kesalahan mereka sendiri. (QS. At Taubah : 64)
11. Menghina orang-orang Beriman dan Islam. (QS. At Taubah : 64-66)
12. Mereka tidak pernah pergi berjihad, berpartisipasi dalam semua perjuangan (jihad) dan tidak juga berhijrah. (QS. An Nisa : 88 & 97-99)
13. Mereka mempunyai Muwalat (persekutuan) dengan Kuffar dan hidup di antara Musyrikin. Rasulullah ﷺ bersabda,
“Aku berlepas diri dari Muslim yang hidup di antara Musyrikin,... dan tidak membedakan diri dari mereka (kuffar)." (HR. Abu Daud No. 2645)
14. Mereka membuat sejumlah alasan untuk tidak melaksanakan tugas dan kewajibannya. (QS. At Taubah : 94)
15. Mereka membenarkan keharaman, kekufuran dan kesyirikan yang mereka lakukan. (QS. Al Imran : 167)
16. Mereka menyerukan kemungkaran dan mencegah kebaikan. (QS. At Taubah : 67)
17. Mereka memamerkan perbuatan baiknya. (QS. An Nisaa’ : 142)
18. Mereka menginginkan kita menjadi Kafir seperti mereka dan mengikuti jalannya. (QS. An Nisaa’ : 89)
19. Mereka menginginkan kita untuk takut kepada Kuffar. (QS. Ali Imran : 173 & 175)
20. Mereka malas melaksanakan Shalat. (QS. An Nisaa' : 142). Rasulullah ﷺ juga menjelaskan orang-orang Munafik adalah orang yang sulit ditemui pada shalat isya dan fajar (subuh).
21. Mereka menunjukkan Islam, tetapi mengutuk dan menghina ketika setiap kali mereka berhadapan dengan semua bentuk kesulitan dan bencana. (QS. Al Hajj : 11)
Yaitu kembali kafir setelah beriman, pelaku riddah disebut dengan murtadun.
Pembahagian Riddah ada empat yaitu :
a. Riddah dengan ucapan. Contohnya adalah menghina Allah, Rasul Nya, Islam (istihza')
b. Riddah dengan perbuatan. Contohnya adalah sujud kepada berhala, pindah ke Darul Kufur (negara kafir), membela Darul Harbi (Negara Kafir yang sedang berperang dengan Islam) dan memerangi Syariat Islam dan menggantikannya dengan undang-undang kafir.
c. Riddah dengan i'tikad. Contohnya mensyirikkan Allah, mengingkari As Sunnah (hadis yang sahih) dan mendustakan Nabi Muhammad صلى الله عليه و سلم.
d. Riddah dengan keraguan. Contohnya meragukan perkara yang telah jelas haram di dalam Al Quran dan meragukan kebenaran risalah Nabi Muhammad صلى الله عليه و سلم.
Terakhir, berikut kami paparkan beberapa bentuk kemurtadan yang harus kita waspadai serta jauhi agar syahadat kita tidak batal.
1. Menyandarkan hukum kepada selain Allah. (QS. Al Maidah : 44-47; Al Ahzab : 36; Al Anam : 57; An Nisa : 60)
2. Benci terhadap Syariat Islam atau mengutamakan syariat lain selain Islam atau menganggap bahwa semua dien/sistem hidup manusia yang lain sama dengan Islam (menganggap semua agama sama). (QS. Muhammad : 8-9).
3. Mempermainkan atau merendahkan sebagian Syariat Islam yang terdapat di dalam Al Quran atau As Sunnah dan syiar-syiar Islam lainnya.
4. Menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal. (QS. An Nahl : 116-117; Yunus : 59-60)
5. Beriman kepada Al Quran dan menolak As Sunnah. (QS. An Nisa : 150)
6. Menjadikan orang kafir, munafik dan atheis (tidak beragama) sebagai pemimpin dengan meninggalkan orang-orang yang beriman. (QS. Al Maidah : 51; At Taubah : 23)
7. Mempermainkan sifat Rasulullah صلى الله عليه و سلم atau pekerjaan beliau.
8. Menganggap kandungan Al Quran bertentangan dengan realitas dan fakta kehidupan atau bertentangan dengan fakta sains. (QS. Ar Rad : 37)
9. Mensifati sifat-sifat Allah dengan sifat yang tidak sesuai dengan keagungannya.
10. Fanatik terhadap bangsa dan negara serta menjadikannya sebagai tujuan kehidupannya. Bahkan sanggup mencurahkan apa saja seperti usaha atau harta untuk kepentingan golongan (bangsa)nya hingga melupakan diennya (Islam).
وَ اللّٰهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَّابِ
اخير الدعو انا، عن الحمد لله رب العلمين
و صلى الله على نبينا محمد و على آله و اصحابه و سلم...
Ustadz Satria
0 Response to "Pembatal Syahadat Bagian ke-2"
Posting Komentar