Hakikat Kehidupan

KOL AHQ 10 Okt 2015

Mengenali
HAKEKAT KEHIDUPAN

أَﻋُﻮْﺫُ ﺑِﺎﻟﻠﻪِ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺸَّﻴﻄَﺎﻥِ ﺍﻟﺮَّﺟِﻴْﻢِ
بِسمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
وَمَا هَٰذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَهْوٌ وَلَعِبٌ ۚ وَإِنَّ الدَّارَ الْآخِرَةَ لَهِيَ الْحَيَوَانُ ۚ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ

Dan tiadalah kehidupan DUNIA ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya AKHIRAT itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.
(QS. Al'Ankabut : 64).

Kesempatan manusia hidup di dunia ini hanya sekali. Tidak ada kehidupan dunia setelah kematian.
KEMATIAN adalah jembatan untuk memasuki kehidupan AKHIRAT.
Selama manusia masih hidup di Dunia ini maka kewajibannya adalah menjalani kehidupan dunianya dengan penuh kepatuhan atas aturan-aturan yang telah dituntunkan oleh Robb nya. Yang utama diantaranya adalah :

1. Meng-Esa-kan Allah.
Tidak mensekutukanNya dengan sesuatu apapun. Memurnikan dalam menyembahan dan ketaqwaan kepadaNya.

2. Mempelajari Kitabullah, Al Qur'an.
Mengamalkannya isinya dan mendakwahkannya.

3. Mentaati apa saja yang diajarkan oleh Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam dan para Sahabatnya.

4. Bersabar dalam menghadapi segala ujian kehidupan dengan terus berpegang teguh pada keimanan yang lurus hingga akhir hayatnya.

Dunia adalah tempat hidup yang penuh ujian. Didalamnya syarat dengan hal-hal yang menipu dan melalaikan. Pecintanya akan jauh dari wawasan kehidupan Akhirat.

Walaupun pada kenyataannya banyak manusia yang telah beriman kepada Allah mengetahui bahwa Dunia ini hanya sesaat, Fana (pasti berakhir) sedangkan Akhirat adalah Abadi.

Tetapi mengapa banyak dari mereka yang enggan berfikir tentang keadaan dirinya kelak di Akhirat ?
Karena mereka TIDAK tahu bagaimana cara memahami kehidupan Dunia sehingga tidak tepat dalam menyikapinya.
Oleh karena itu, setelah sesorang beriman kepada Allah maka ia perlu membekali dirinya dengan Ilmu dan kemudian bermal sholih.

Dengan ilmunya ia akan dapat memahami makna kehidupan dan dengan ilmunya pula ia akan mengisi kehidupan ini dengan amal sholih. Sehingga keimanannya menjadi sempurna.

Pola pikirnya pun menjadi benar bahwa kehidupan dunia ini baginya hanya sebagai sarana untuk menanam segala amal yang akan ia tuai kelak di Akhirat.
Baik ... Ikhwah fillaah Rohimakumullah ...

Mari sejenak kita renungkan firman Allah berikut ini :
"Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu."
(QS. Al-Hadid : 20)

Sebagian dari WAKTU dan DRAMA kehidupan yang dijalani oleh manusia adalah penuh dengan intrik-intrik dan permainan belaka.
Seorang hamba yang lalai dari hakikat tujuan penciptaannya akan selalu bermain-main dalam berbagai sisi kehidupan dunianya.

Apakah itu terkait dalam urusan harta, urusan anak-anaknya, perhiasannya (kegemarannya), makanannya, rumahnya dan jabatannya serta segala yang berpotensi melalaikan.
Bermain-main yang dimaksud konteks ini  adalah ia menjalani kehidupan dunia ini hanya sebatas sesusai dengan kemauan hatinya. Tidak berpegang pada tuntunan dan arahan syariat Agama Islam dan tidak mau mempelajarinya.
Misal :
Dalam berbisnis semaunya, dalam menjalani kehidupan berumah tangga semaunya, dalam mendidik anak semaunya, dalam beribadahpun juga semaunya dst.
Jika terjadi kondisi seperti itu maka sebagai seorang Muslim, hendaknya segera menyadari apa yang sedang terjadi.
Yakni :

"Telah terjadi intervensi (campur tangan) syetan yang berlangsung secara massif dan intensif hingga membetuk Sistem Pola Pikir dan  cara pandang terhadap dunia yang  jauh dari tuntunan atau petunjuk Allah dan RasulNya."
Inilah point terpenting yang harus kita fahami dan waspadai, sebelum kita banyak bermanufer dalam kehidupan ini.

Mengapa ?

Karena jika seorang Muslim telah memiliki dasar pola pikir dan cara pandang yang benar terhadap kehidupan dunia ini, maka hal tersebut akan menjadi landasan dari semua amal geraknya yang lebih fokus pada niatnya untuk mencari bekal kehidupan Akhiratnya.
Dan sejalan dengan petunjuk Al Qur'an tentang arti kehidupan diatas...

Berikut kita simak bagaimana Rasulullah sholallahu 'alaihi wassalam mengilustrasikan tentang kehidupan Dunia.

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- مَرَّ بِالسُّوقِ دَاخِلاً مِنْ بَعْضِ الْعَالِيَةِ وَالنَّاسُ كَنَفَتَهُ فَمَرَّ بِجَدْىٍ أَسَكَّ مَيِّتٍ فَتَنَاوَلَهُ فَأَخَذَ بِأُذُنِهِ ثُمَّ قَالَ « أَيُّكُمْ يُحِبُّ أَنَّ هَذَا لَهُ بِدِرْهَمٍ ». فَقَالُوا مَا نُحِبُّ أَنَّهُ لَنَا بِشَىْءٍ وَمَا نَصْنَعُ بِهِ قَالَ « أَتُحِبُّونَ أَنَّهُ لَكُمْ ». قَالُوا وَاللَّهِ لَوْ كَانَ حَيًّا كَانَ عَيْبًا فِيهِ لأَنَّهُ أَسَكُّ فَكَيْفَ وَهُوَ مَيِّتٌ فَقَالَ « فَوَاللَّهِ لَلدُّنْيَا أَهْوَنُ عَلَى اللَّهِ مِنْ هَذَا عَلَيْكُمْ
Dari Jabir bin Abdullah, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam melintas masuk ke pasar seusai pergi dari tempat-tempat tinggi sementara orang-orang berada disisi beliau. Beliau melintasi bangkai anak kambing dengan telinga melekat, beliau mengangkat telinganya lalu bersabda: Siapa diantara kalian yang mau membeli ini seharga satu dirham? mereka menjawab: Kami tidak mau memilikinya, untuk apa? Beliau bersabda: Apa kalian mau (bangkai) ini milik kalian? mereka menjawab: Demi Allah, andai masih hidup pun ada cacatnya karena telinganya menempel, lalu bagaimana halnya dalam keadaan sudah mati? Beliau bersabda: Demi Allah, dunia lebih hina bagi Allah melebihi (bangkai) ini bagi kalian. (HR. Muslim)

Dari Hadist tersebut dapat kita ambil beberapa hikmah penting, yakni :
1. Agar kita membiasakan diri untuk selalu peka terhadap segala detail kejadian yang ada dalam kehidupan dunia ini.
Mari kita perhatikan, kita lihat dan kita renungi apa saja kejadian yang ada disekitar kehidupan kita.

Apakah perbuatan orang-orang yang ada disekitar kita, peristiwa alam yang terjadi ataupun kejadian-kejadian yang kita temui ditengah aktivitas kita.

Perenungan seperti ini perlu kita biasakan agar diri kita terbiasa mengambil pelajaran dari setiap keadaan yang kita alami.

Kemudian terjadi proses berfikir yang selalu menyambungkan hati kita hingga kita sadar bahwa pada setiap kejadian itu pasti ada keterlibatan Allah didalamnya.

Dengan demikian hati kita akan terus terasah dan semakin cerdas dalam menyikapi setiap kejadian.

Kita juga akan lebih cerdik bagaimana menyelamatkan diri dari hal-hal yang tidak penting bagi dan yang berpotensi menjerumuskan diri kita pada jalan kesesatan dalam kehidupan ini.
Bisa jadi ada hal yang harus kita koreksi dari pola pikir dan aktivitas kita agar kita tidak terjebak pada hal2 yang seharusnya tidak menjadi fokus utama kita.
Seperti...
Ketika kita dalam mengejar keutungan perdagangan (bisnis kita), atau karirnya  atau bentuk apapun yang membuat kita lebih serius dalam urusan duniawi daripada kesungguhan kita dalam mempelajari Kitabullah dan mengamalkannya.
Ikhwahfillah ...
Diantara kita semua tentu sudah faham bahwa Al Qur'an itu tidak hanya sebagai Ahsanal Hadist (sebaik-baik bacaan) - tetapi Qur'an adalah Al Huda dan Al Furqoon. Sumber Petunjuk (mannual) atas segala aspek kehidupan manusia dan Pembeda antara orang yang mendapat petunjuk dan yang sesat.
Akan tetapi ...

Tak sedikit diantara kita yang masih enggan mempelajarinya. Kekurangan inilah yang harus menjadi perhatian dan koreksi diri kita. Karena akan berefek pada cara pandang yang salah tentang hakekat kehidupan.

Sedangkan bagi yang telah menerima Qur'an sebagai pedoman dalam menjalani kehidupannya, maka bisa dipastikan ia akan memiliki gambaran yang tepat tentang hakekat kehidupan.

Dengan kematangan iman yang ada dihatinya, ia akan mampu membedakan dengan jelas makna hakiki antara kehidupan Dunia dan kehidupan Akhirat.

2. Dari Hadist tersebut diatas juga dapat diambil pelajaran bahwa seorang yang beriman harus memiliki Hubbul Akhirat (rasa cinta kepada kehidupan Akhirat).
Sehingga ia akan pandai menempatkan kedudukan Hubbudunnya (cinta terhadap kehidupan dunia).
Salah satu cara kita mengetahui, kemana kecenderungan diri kita , apakah lebih condong kepada Hubbudunnya atau Hubbul Akhirat ?
Maka kita bisa melihat dari pilihan kita, yakni pada saat kita berada dalam situasi dimana sedang terjadi tarik menarik antara keperluan (urusan) dunia dan akhirat dalam waktu yang bersamaan, maka mana yang akan kita dahulukan.

Dari pilihan kita itulah, kita dapat mengetahui dimana kecenderungan diri kita. Apakah kita berpotensi sebagai pecinta kehidupan dunia ataukah kita termasuk orang2 yang cerdas spitiriual karena lebih mengutamakan kehidupan Akhirat kita.
Kita ambil contoh yang sederhana saja dari kehidupan sehari-hari yang biasa kita temui  ..

Saat mendengar Adzan, kita sedang dalam keadaan menyelesaikan sesuatu yang terkait urusan dunia, maka apakah kita bergegas memenuhi panggilan sholat atau lebih memilih menundanya demi urusan dunia kita tadi.

Jika kita sempat berfikir dan ada proses tarik menarik antara berhenti atau melanjutkan aktivitas duniawi kita, maka kondisi ini masih lebih baik, walaupun masih perlu diasah agar motivasi ketertarikan akan kehidupan akhirat lebih mendominasi pola pikir kita.
Apalagi jika serta merta kita memilih untuk melanjutkan aktivitas duniawi kita tadi sama sekali tidak terfikir untuk mendahulukan sholat kita, maka jelas kondisi seperti inilah yang jelas menunjukkan kelemahan  iman kita terhadap adanya berita kehidupan Akhirat adalah kehidupan yang sebenarnya.

Dari riwayat kehidupan para Sahabat,  Mushab bin Umair, ra adalah salah satu Sahabat yang tidak menikmati hasil perjuangan Rasulullah ﷺ dalam urusan kepemilikan harta pada masa akhir hidupnya. Padahal sebelumnya ia tidak hanya berada dalam kedudukan keluarga yang terhormat dikalangan kaumnya, tetapi dia juga berasal dari keluarga yang sangat berlimpah harta.
Kemuliaan Mushab bin Umair telah jelas terukir dalam sejarah sebagai figur Sahabat yang matang dalam keimanannya dan tepat dalam cara pandangnya terhadap hakikat kehidupan. Hal ini dibuktikan dari pilihannya untuk memilih tetap hidup berjuang bersama Rasulullah ﷺ dalam keadaan kehidupannya yang sangat kekurangan dibanding dengan kehidupan dia sebelumnya yang penuh limpahan harta dan kehormatan duniawi.
Hingga pada akhirnya Allah ta'ala berikan karunia Syahid kepada Mushab bin Umair di medan perang bersama Rasulullah ﷺ .

Demikianlah kiranya diantara gambaran tentang keadaan orang2 yang telah baik keimanannya dan tepat cara memaknai kehidupan,

Sebagai clossing statement dari materi ini ...
Saya ingin mengajak kita semua agar lebih cerdas dalam memahami hakikat kehidupan, sehingga kita tidak termasuk pada kelompok orang yang bermain-main terhadap setiap amalan-amal kita. Agar kita selalu bisa menghayati makna setiap ibadah kita dan selalu bersungguh-sungguh dalam menjalaninya.

Oleh Bunda Endria

Untuk selanjutnya kita masuki sesi tanya jawab.

Kepada para member AHQ, dibuka 3 pertanyaan yang akan dijawab langsung oleh Bunda Endria

Nama : Taufik Malik
Grup : S3

Terkadang sy berfikir ketika sy melakukan sesuatu yg menurut sy adalah kebaikan, memilih cara hidup yg serba syari...seperti tdk mlkk transaksi riba...tapi kemudian sepertinya belum ada bedanya saya rasakan...apa sebabnya itu ya?

Jawab :

بِسمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

Pertama saya ingin mengajak penanya dan juga kita semua untuk selalu berayukur kepada Allah subhanahu wa ta'laa.

Karena sejatinya perasaan iman itu sangat mahal harganya. Dengan iman kita bisa membedakan mana kehidupan yang benar dan mana kehidupan dan jalan2 yang tidak akan diridhoi Allah.

Dengan iman kita juga memiliki power untuk melakukan apa saja yang membuat Allah ridho kepada kita.
Pendek kata tanpa ada iman dihati seseorang. Mustahil dia mampu melakukan sebuah amal kebaikan.

Pun jika tanpa iman kepada Allah jika seseorang berbauat suatu kebajikan maka tak akan ada nilainya disisiNya.
Oleh karena itu disinilah kita bisa fahami betapa besar nya nilai keimanan kita.
Dan tak ada alasan bagi kita untuk tidak selalu mensyukurinya.

Akhi penanya yang semoga dirahmati Allah ta'alaa...

Jika kita telah benar memandang makna kehidupan dan telah berusaha berada dijalan yang telah dituntunkan oleh syariah seperti yang antum utarakan, tetapi belum membawa suatu kepuasan hati maka perlu kita lakukan beberapa langkah introspeksi, diantaranya yang utama adalah :

1. Aqidah kita ;
Tadi telah saya sebutkan dalam paparan materi utama bahwa setelah kita beriman maka kita dituntut untuk menuntut ilmu. Ilmu disini yang dimaksud adalah ilmu Agama.
Sehingga keimanan kita akan berjalan seiring dengan amal perbuatan yang telah berlandaskan atas ilmu.

Dari kasus antum bisa jadi penjiwaan atas amal sholih yang kita lakukan kurang maksimal. Sehingga atsar atau bekas-bekas dari setiap amal sholih kita tidak terlalu terasa.

Karena dalam kaidah aslinya setiap amal sholih yang dilakukan seseorang dengan penuh keihlasan karena Allah pasti akan menjadi semacam sumber cahaya bagi hatinya sehingga akan menghasilkan amal-amal sholih yang lain.

2. Kebersihan Hati ;
Kebersihan hati ini selain terkait dengan keihlasan kepada Allah juga berhubungan dengan bagaimana interkasi yang kita lakukan terhadap manusia yang ada disekitar kita. Terutama orang2 yang harus kita utamakan pada range pertama, yakni orang tua kita.
Hal ini tidak bisa kita remehkan. Karena sebagaimana kita ketahui bahwa ridho Allah adalah terletak pada ridho orang tua kita. Sehingga jika kita telah merasa melakukan banyak amal sholih tetapi tidak merasakan nikmatnya menjadi seorang yang taqwa. Maka bisa jadi karena Allah tidak ridho kepada kita disebadkan ada hal yang harus kita perbaiki terkait ahlaq kita terhadap orang tua kita.

3. Makanan ;
Hal ketiga adalah terkait rizki yang kita konsumsi.
Yakni sudahkah kita perhatian terhadap apa saja suapan makanan yang masuk kedalam perut kita.
Tentang halal haram ini sangat penting karena akan mempengaruhi kejernihan hati dalam menerima maupun memantulkan kebaikan demi kebaikan.

Semoga masukan diatas bisa sedikit memberi pencerahan akhi ...

Waallahu a'lam bishowwab.

pertanyaan yang ke dua
Nama :  Saefudin
Ahq3-M11

Assalamu'alaikum, gmna cranya unk memberi pencerahan pda istri agar tdak memikirkan dunia sja.
Dijawab oleh Bunda Endria
بِسمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
Masya Allah pertanyaan yang singkat tapi sangat baik.

Setiap suami hendaknya selalu berfikir demikian, yakni bagaimana menjadi pemimpin yang dapat mengarahkan istri dan anak2 nya untuk menjadi hamba-hamba Allah yang berorientasi Akhirat dalam menjalani kehidupan ini.

Wa bil khusus kepada istrinya. Karena istri tidak hanya sebagai pribadi yang terdekat dan paling berpengaruh terhadap suami. Tetapi ditangan istri pula para suami menitipkan anak2 nya untuk dibekali berbagai bekal kehidupan yang membawa keselamatan dunia dan akhirat bagi anak2 tersebut.

Untuk menjadikan istri banyak berfikir tentang kehidupan akhirat dan tidak menjadi ubuddunyya tentu ada prosesnya.

Diantara yang bisa diusahakan oleh para suami untuk mewujudkan hal itu adalah :

1. Mendidiknya dengan penuh keihlasan dan rasa kasih sayang.
Dalam hal ini selain kedua modal kehilasan dan kasih sayang tentu Kesabaran juga merupakan hal yang vital. Karena bisa jadi istri adalah sebagai sosok  yang sangat dicintai suami sekakigus seseorang yang menjadi sumber ujian bagi suami...
Sabar ya pak ...

Apa yang perlu dididik ?
Pertama, Ahlaqnya.
Kedua, Aqidahnya.
Ketiga, Kemantapan imannya.

Bagaimana caranya ?

Suruh istri mengaji.

Jika tidak memungkinkan harus keluar rumah untuk mendatangi majelis ilmu, ya bisa antum belikan buku-buku yang menarik sehingga dia suka membacanya.
Pilihkan buku-buku yang bisa menuntun pola pikirnya untuk berfikir tentang kehidupan akhirat.

Kemudian rajin-rajin lah melakukan dialoq tentang ilmu-ilmu Agama. Ajak dia untuk merenungi hakikat kehidupan dunia ini.

Pendek kata bagaimana cara antum untuk menumbuhkan cinta menuntut ilmu dulu deh ...

Karena dengan gemar menuntut ilmu Agama pikiran istri antum insyaAllah akan semakin terbuka , syetan juga akan semakin menjauh. Karena seorang yang berilmu dan mengamalkan ilmunya dalam bentuk amal2 sholih akan membuat syetan enggan mendekatinya.
Dalam kondisi seseorang hauh dari gangguan syetan inilah kita akan lebih mudah mengarahkan pada pemikiran2 yang terkait dengan Akhirat.

Karena pada hakikatnya jika seseorang cinta dunia dan enggan memikirkan kehidupan akhirat maka hampir bisa dipastikan banyak jin (syetan) yang menempel didalam dirinya.
Perkerjaan syetan adalah memperindah maksiat dan segala yang melalaikan dari urusan dunia ini dan berusaha menjauhkan manusia dari memikirkan keadaannya ketika di akhirat nanti.

Olej karena itu Rasulullah sholallahu 'alaihi wassalam mendiskripsikan seorang yang cerdas adalah yang paling concern dalam mempersiapkan bekal kehidupanya setelah kematian.

3. Kemudian DOA.
Doakan selalu istri antum.
Mintakan kepada Allah agar dibukakan pintu hidayah kepadanya.

4. Terakhir yang tak kalah penting adalah keteladanan suami dalam beramal sholih dan menegakkan Taqwa.

Waallahu a'lam bishowwab.

Pertanyaan
AHQ3 S6
Nama :Musbik
Bagaima sebenernya kita meletakkan dunia atas akhirat,
Imam syafi'i pernah mmberikan wasiatnya,bahwa jika kita berbicara dunia dan akhirat harus seimbang,itu adalah mustahil,dan memang pda kenyataannnya lbih condong ke dunia kalo porsi waktu utk dunia dan.akhirat,
Jika ekonomi lemah,mka terkadang susah utk maksimal dlm beribadah,
Syukron,mhon pencerahannya,

Dijawab Oleh Bunda Endria

بِسمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

Didalam Al Qur'an sudah jelas dituntunkan oleh Allah ta'alaa bahwa ketika seseorang memilih dunia sebagai tujuan utamanya dalam mencari kebahagiaan maka Allah akan memberinya kesuksesan seperti yang dia dambakan hanya sebagian saja. Sementara kelak di Akhirat dia tidak akan pernah mendapat apa2...

Adapun seorang yang mendambakan kebahagiaan kehidupan Akhirat. Maka Allah berjanji akan memberikan kebahagiaan bagi dirinya di dunia ini dan Dia akan memberikan NikmatNya yang sempurna di Akhirat.

Tabiat manusia itu memang suka tidak sabar dan sering mengeluh.

Kondisi turun semangat ibadahpun sering melanda terutama pada saat kondisi fisik sedang drop. Karena dalam kondisi seperti ini syetan sangat mudah masuk kedalam dirinya dan semakin menggembosi semangat ibadahnya.

Namun demikian hal ini tidak bisa selalu menjadi pembenaran bagi kita.

Jika kita lihat bagaimana sahabat-sahabat r.a.hum. Menjalani keadaan peperangan dengan hanya berbekal kurma sebagai penyangga fisiknya.
Mengapa mereka bisa kuat ?

Karena didadanya telah terbangun keimanan yang sempurna.
Sehingga kondisi kelemahan fisik tidak terlalu mempengaruhi mereka dalam menegakkan perjuangan menjadi manusia2 yang utama didalam pandangan Allah ta'alaa.

Demikian juga dengan kita.
Hendaknya gambaran kehidupan para Sahabat Tersebut harus bisa menjadi cermin dan tempat kita berkaca.
Mereka juga tidak dalam keadaan berlimpah harta. Tetapi yang jelas mereka telah memiliki orientasi terhadap kehidupan akhirat secara sempurna.

Dan kita harus yakin bahwa kita juga bisa seperti mereka atau setidaknya termotivasi terus untuk bisa mengikuti jejak mereka.

Waallahu musta'an,

0 Response to "Hakikat Kehidupan"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel